BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Terbentuknya Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah sebuah prpses fisika yang bertanggung
jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan
suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Dengan kata lain ikatan
kimia adalah kemampuan suatu atom bergabung dengan atom lain membentuk suatu
senyawa. Ikatan kimia dilakukan dengan melepas atau menerima elektron, sehingga
susunan elektron menjadi stabil (seperti pada susunan gas mulia). Kecenderungan
unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seprti gas mulia
terdekat dengan istilah aturan oktet. Elektron yang berperan dalam pembentukkan
ikatan kimia adalah elektron valensi dari suatu atom/unsur yang terlibat.
Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas,
tetapi bergabung dengan atom lain membentuk senyawa. Dari 90 buah unsur alami
ditambah dengan belasan unsur buatan, dapat dibentuk senyawa dalam jumlah tak
hingga. Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk
molekul. Interaksi ini selalu disetai dengan pelepasan energi, sedangkan
gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang
dinamakn ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena unsur-unsur ingin memiliki
struktur elektron stabil. Struktur elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur
elektron gas mulia (golongan VII A).
Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila
memiliki elektron terluar 1, 2, atau 3 elektron dibandingkan konfigurasi
elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh:
11Na : 2 8 1 ; Gas
mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8
Jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na
kelebihan satu elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara
melepaskan satu elektron.
2.5 Ikatan Van der
Waals
Ikatan
van der waals adalah gaya tarik menarik antar molekul (antar kutub) dalam
senyawa yang berikatan kovalen. Ikatan Van der Waals atau gaya Van der Waals
pada awal abad XX, dikemukakan oleh Johannes Diderik Van der Waals. Gaya ini
dibagi menjadi dua yaitu, gaya london dan gaya tarik dipol.
a. Gaya London
Gaya
London ditemukan Fisikawan Jerman yang bernama Fritz London pada tahun 1982.
Gaya London (gaya dispersi) merupakan gaya tarik menarik antar molekul nonpolar
akibat adanya dipol terimbas yang ditimbulan oleh perpindahan elektron dari
satu orbital ke orbital lain membentuk dipol sesaat. Gaya London mengakibatkan
molekul nonpolar bersifat agak polar.
Kemudahan
suatu molekul menghasilkan dipol sesaat yang dapat mengimbas ke molekul
sekitarnya disebut polarisabilitas. Polarisabilitas berkaitan dengan massa
molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Jika massa molekul relatif semakin
besar maka molekul semakin mudah mengalami polarisasi sehingga gaya London semakin kuat. Dengan massa molekul
relatif yang sama besar molekul yang bentuknya panjang lebih mudah mengalami
polarisasi dibandingkan dengan molekul yang kecil, kompak dan simetris. Semakin
mudah molekul mengalami polarisasi semakin tinggi titik didih dan titik leleh
nya. Oleh karena itu jika massa molekul
relatif zat semakin besar maka titik didih dan titik leleh nya semakin
tinggi.
Namun
gaya London relatif lemah sehingga apabila suatu zat yang molekulnya hanya
mengalami tarik menarik berdasarkan gaya London saja maka tiik didih dan titik
lelehnya lebih rendah dibandingkan zat lain yang mengalami tarik-menarik tidak
hanya berdasarkan gaya London saja (Mr hampir sama).
b. Gaya Tarik Dipol
Gaya
tarik diol adalah suatu molekul-molekul polar yang cenderung menyusun diri
dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu molekul dengan kutub
negatif molekul yang lain.
Semakin
besar momen dipol yang dimilik oleh suatu senyawa, semakin besar gaya tarik
menarik dipol yang dihasilkan. Gaya ini lebih kuat dibandingkan dengan gaya
London. Oleh karena itu, molekul yang mengalami gaya tarik dipol memiliki titik
didih dan titik leleh yang lebih tinggi dari pada molekul yang mengalami gaya
London (Mr hampir sama)
Ada 5 jenis gaya tarik dipol yaitu, sebagai
berikut:
1. Gaya Dipol-Dipol
Gaya
ini akan terjadi jika sesama senyawa kovalen polar saling brinteraksi. Senyawa
kovalen polar memiliki 2 dipol yaitu dipol positif (δ+) dan dipol negatif (δ-).
Interaksi antara dipol
(-) dari satu molekul dengan dipol (+) dari satu molekul yang lain akan
menimbulkan gaya tarik yang relatif lemah. Kekuatan gaya tarik dipol-dipolini
akan semakin besar jika molekul-molekul mengalami penataan dengan ujung (+)
suatu molekul mengarah keujung (-) dari molekul yang lain.
2.
Gaya Dipol Sesaat
Jenis gaya ini umumnya dimiliki oleh senyawa kovalen
nonpolar. Berbeda dengan senyawa kovalen polar, senyawa kovalen nonpolar yidak
memiliki dipol. Gaya ini terjadi akibat adanya pergerakan elektron mengelilingi
inti atom secara acak, sehingga pada suatu saat elektron-elektron tersebut akan
mengumpul pada salah satu sisi atom dari molekul. Dipol yang terjadi ini akan
segera menghilang atau berpindah tempat (sisi) seiring dengan berputarnya
elektron.
3.
Gaya Dipol-Dipol Terinduksi (Gaya Imbas)
Jika suatu molekul polar berdekatan dengan molekul
nonpolar maka molekul polar dapat menginduksi molekul nonpolar, akibatnya
molekul nonpolar tersebut akan memiliki dipol terinduksi/ dipol sesaat karena elektron-elektronnya akan mengumpul
pada salah satu sisi molekul (terdorong/tertarik). Gaya dipol-dipol terinduksi
(gaya imbas) adalah suatu dipol dari molekul polar akan saling tarik menarik
dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar.
4.
Gaya Ion Dipol
Gaya ini terjadi antar senyawa ion dan senyawa kovalen
polar. Ketika dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion ini akan
terionisasi menjadi kation dan anion. Kation akan tarik menarik dengan dipol
negatif sedangkan anion akan tarik menarik dengan dipol positif.
5.
Gaya Ion Dipol Sesaat
Mekanisme terjadinya gaya ini dikarenakan kombinasi dari
proses terjadinya gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion dipol. Jika ion
dari senyawa ion berdekatan dengan
molekul nonpolar maka ion tersebut dapat menginduksi dipol molekul nonpolar.
Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Jenis gaya seperti ini memegang peranan penting dalam
sirkulasi darah di dalam tubuh. Ion Fe2+ dalam hemoglobin akan
mengalami gaya ion dipol sesaat dengan molekul O2. Kation Fe2+ akan
menginduksi molekul O2 yang bersifat nonpolar, kemudian dipol
terinduksi yang dihasilkan akan berikatan dengan kation Fe2+.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar