Kamis, 19 November 2015

Keluarga sakinah sebagai benteng prilaku korupsi

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu problematikan besar bangsa adalah budaya KORUPSI di Indonesia yang dari tahun ke tahun masih tumbuh dengan subur, seolah sedang beradu lomba cepat dengan upaya pemberantasannya. Pemerintah seperti kehilangan akal untuk menumpas perilaku yang buruk dari aparatnya dalam kaitan korupsi ini. Sebagian besar masyarakat menilai, meski terlihat upaya pemberantasan terhadap para koruptor oleh pemerintah, tetapi sejak rezim pemerintahan Presiden Soeharto hingga era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tindakan itu masih juga dinilai tebang pilih. Para penegak hukum kita bagai kehilangan kepercayaan diri dalam menumpas korupsi. Betapa penting dan strategisnya peran keluarga dalam sebuah negara. Keluarga bahkan dikatakan adalah benteng negara. Baiknya sebuah negara sangat ditentukan oleh baik tidaknya para keluarga yang menjadi warga negara dari negara tersebut. Rusaknya keluarga akan menyebabkan rusak pula negara tersebut. Ungkapan lain menyatakan bahwa keluarga adalah sampan besar yang dapat mengantarkan seseorang ke pulau harapan yang dicita-citakan. Jika ingin selamat ke pulau harapan, maka sampan besar tersebut harus dijaga dari kebocoran, sebab jika dia bocor maka bakal tenggelamlah sampan tersebut, sebelum sampai ke pulau tujuan.
 Begitulah pentingnya peranan keluarga dalam sebuah komunitas masyarakat. Keluarga yang dimaksud dalam konteks tersebut di atas adalah keluarga sakinah yang telah digariskan oleh agama Islam. Keluarga sakinah adalah keluarga bahagia dan sejahtera yang dibangun atas dasar perkawinan yang sah, cinta kasih, dan dilandasai atas nilai-nilai agama, budaya bangsa, dan adat istiadat setempat. Keluarga sakinah adalah keluarga yang di dalamnya terdapat ketenangan, cinta kasih atau mawaddah, dan kasih sayang atau rahmah, yang dirajut secara mesra antara dua jenis manusia yang berbeda. Kemudian melahirkan anak dan keturunan, sebagai generasi penerus umat manusia, sesuai dengan salah satu fungsinya mengembangbiakkan manusia, sehingga tidak terjadi atau terhindar dari kepunahan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Keluarga Sakinah?
2.      Bagaiamana fungsi keluarga?
3.      Apa saja ciri-ciri keluarga sakinah?
4.      Mengapa keluarga sakinah sebagai benteng prilaku korupsi?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian keluarga sakinah
2.      Mengetahui Bagaiamana fungsi keluarga
3.      Mengetahui Apa saja ciri-ciri keluarga sakinah
4.      Mengetahui Mengapa keluarga sakinah sebagai benteng prilaku korupsi



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Keluarga Sakinah
Istilah keluarga sakinah merupakan konsep berkeluarga ideal umat Islam yang sudah tidak asing lagi. Satu-satunya cara mengawali pembentukan rumah tangga sakinah yang berdasarkan pada syariat Islam adalah dengan pernikahan yang syah. Islam memandang pernikahan adalah bagian dari ibadah, bukan pemuasan seksual. Pelaksanaannya tidak dipersulit, bahkan dimudahkan sesuai tuntunan syariat sehingga terkondisi dalammasyarakat kehidupan luhur, kesucian dan keterpeliharaan harga diri manusia.
Istilah ini dibentuk oleh dua suku kata, yakni kata keluarga dan kata sakinah. Secara etimologi (kebahasaan), keluarga dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai artian :Ibu,bapak dengan anak-anaknya; Orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, batih. Pengertian lain dari keluarga secara terminologi (peristilahahan), seperti suatu bentuk ikatan yang syah antara laki-laki dengan perempuan melalui ikatan perkawinan. Ikatan perkawinan tersebut kemudian melahirkan keturunan yang secara hukum menjadi tanggungjawab suami dan istri atau ibu dan bapak dalam membina dan mengembangkan mereka.
Sejumlah tujuan dan alasan seseorang ingin berkeluarga seperti tersebut diatas,dapat diambil rumusan yang sederhana mengenai tujuan berkeluarga yaitu :
“berkeluarga adalah untuk mengembangkan cinta kasih, kepribadian, kebutuhan keturunan, juga termasuk ingin bekerjasama dan merencanakan masa depan yang lebih baik”. Pengungkapan Al-Qur’anitu jelas disebutkan bahwa sakinah itu memiliki arti ketentraman, ketenangan,kedamaian, rahmat, dan tuma’ninah yang berasal dari Allah SWT. Seperti terurai pada QS. Al-Baqarah :248

Artinya : “Dan nabi mereka berkata lagi: bahwa bulti ia akan menjadi raja ialah akan datang kembali kepadamu peti yang didalamnya berisi sesuatu untuk ketenangan hatimu dari Tuhanmu.....”

Kemudian dalam QS. Baraa-ah : 26 yang berarti tentram.

Artinya : “Kemudian Allah menurunkan ketentraman hati kepada Rasul-Nyadan orang-orang yang beriman…” ( QS. Baraa-ah:26)

 Kemudian dalam QS. Al-Fath : 4 yang berarti tentram.

Artinya : “Dialah yang telah menurunkan ketentraman didalam hati orangorang yang beriman supaya bertambah keimananya disamping keimanan yang telahada. (QS. Al-Fath: 4)

 Keluarga sakinah yang mawaddah (penuh cinta) dan warrohmah (penuh kasihsayang), bukan suatu hal yang mudah, tetapi sangat sulit dan benar-benar harus dicari untuk dapat mencapai tujuan kesana. Ibaratnya akan banyak duri dan batu sandung yang harus disingkirkan terlebih dahulu.Kebahagiaan keluarga adalah merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh mereka yang mendirikan rumah tangga. Untuk mendapatkannya maka tidak sedikit usaha dan pengorbanan yang ikhlas oleh setiap suami dan isteri guna meningkatkan usaha agar menambah dan melestarikan sesuatu yang telah dimilikinya.

B.     Fungsi Keluarga
Fungsi kesakinahan merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena keluarga sakinah yang berarti: keluarga yang terbentuk dari pasangan suami istri yang diawali dengan memilih pasangan yang baik, kemudian menerapkan nilai-nilai Islam dalam melakukan hak dan kewajiban rumah tangga serta mendidik anak dalam suasana mawaddah warahmah.
Sebagaimana dianjurkan Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang artinya:
Artinya :“Dan diantara tanda-tanda kebesaran-Nya ia ciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenang kepadanya dan dijadikannya diantaramu rasa cinta dan kasih saying. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. Ar-Ruum:21)

C.    Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :

1.      Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang tulus karena ALLAH, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi keluarga bahkan bagi seluruh alam. Abu Sulaiman Bin Al-Huawairi berkata, ”kami datang pada Nabi dan kami tinggal bersamanya selama 20 hari. Ternyata Nabi orang yang di penuhi oleh kasih sayang dan kelembutan kepada keluarganya sehingga kami menjadi rindu kepada keluarga kami.” Kemudian beliau menannyakan keluarga yang kami tinggalkan maka kami menceritakannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda, “pulanglah kepada keluargamu dan penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat baiklah kepada mereka”.
2.      Komunikasi dengan panggilan yang menyenangkan
Panggilah putra-putri anda dengan panggilan yang menyenangkan dan pasangan anda dengan panggilan kemuliaan atau panggilan yang menyanjungkannya seperti, ”wahai kakanda” dan sejenisnnya. Karna Nabi memanggil Fatimah dengan panggilan, ”wahai ananda” dan memanggil istrinya Aisyah dengan ”Ya Humairah” atau “Ya Aaisy”. Panggilan itu menghadirkan kebahagiaan dan kesenagan bagi orang-orang disekitarnnya.
3.      Berkomunikasi tanpa emosi Sulit? Ya!
Namun jika anda ingin pesan anda di pahami dan misi anda tercapai, anda harus melakukannya tanpa emosi yang meluap-luap. Komunikasi tanpa emosi telah di contohkan oleh Nabi sehingga pesan beliau dengan misinya. Karena Nabi selalu berbicara yang berbobot, penuh makna, mengandung nilai-nilai kebaikan dengan penuh kelembutan. Bahkan ketika Nabi menegur istrinya, disaat Aisyah membuang makanan yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau bersabda, “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang engkau terima harus engkau antar satu nampan juga”. Begitu juga ketika aisyah tidur setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya, ”Hai Aisyah, jemputlah rezeki mu dan janganlah engkau menolaknya.”

4.      Iringi Komunikasi Dengan Bahasa Tubuh
Jauh sebelum barat menggulirkan gaya romantis mencinta melalui film-film picisan, Aisyah bercerita, “saya biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil gelas tersebut, dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya lalu beliau minum kemudian saya mengambil cangkir lalu saya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat meletakkan mulut saya. Lalu Beliau menghirupnya.” (HR. Abu Rajak dan Sa’id bin Mansur).
 Ini merupakan ekspresi cinta yang mengalir dari bahasa tubuh. Bahkan Nabi biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau sholat dan tidak mengulangi wudhu nya. Jadi, apa yang menghalangi anda untuk menciptakan romantisme dalam keluarga anda. Jadi, ajak dia mendekati anda saat akhir pekan. Lalu biarkan pasangan anda menikmati senyum tercantik yang bermuara dari hati anda dan biarkan teh hangat menghangatkan tubuhnya saat mentari muncul dari balik kaca jendela. Nikmati secangkir teh untuk berdua sambil bermesra, bercakap sesuatu yang indah atau tentang impian-impian yang manis.
5.      Bersikap bijak kepada Istri
 Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetanggganya,berilah nasihat kebaikan kepada istri kalian, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk. Sesungguhnya bagian paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian ujungnya, jika kamu meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, jika kamu meninggalkannnya maka tulang itu akan tetap bengkok. Maka berilah nasihat kepada istri kalian.”(HR Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat muslim disebutkan: “Jika kamu bersenang-senang dengannya, dan di dalamnya terdapat kebengkokan, jika kamu ingin meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan mematahkannya adalah dengan mentalaknya.”( HR Muslim).
Maksud perkataan beliau ini adalah bahwa Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam, sebagaimana pendapat sebagian besar ulama. Mereka berdalil dengan ayat Al-Qur’an,”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya.”(An-Nisaa’ [4]:1). Sabda Rasulullah,”Sesungguhnya bagian palig bengkok dari tulang rusuk adalah bagian ujungnya,” maksudnya bahwa bagian paling bengkok pada wanita adalah bagian atasnya,yaitu kepalanya. Dan,di kepla ada lidah. Kebanyakan fitnah perempuan ada pada lidahnya,dari perkataan dan omongannya yang menyakitkan orang lain. Mungkin juga maksudnya adalah kepala dan apa yang terdapat di dalamnya,termasuk cara berpikir. Cara berpikir wanita berbeda dengan cara berpikir laki-laki. Dalam menghadapi maslah ini,yang dituntut dari suami adalah memberi nasihat kebaikan kepada istri,memaafkan kelemahannya,cara berpikirnya,dan perasaan yang dapat mengalahkan akalnya.
6.      Larangan Membenci Istri Yang Muminah
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah suami yang mukmin benci kepada istrinya yang muminah,jika ia membenci satu perangai dari istrinya,maka masih banyak perangai yang lain ia senangi.”(HR Bukhari dan Muslim). Nasihat Rasulullah ini diperuntukkan bagi suami. Ini termasuk salah satu nasihat beliau yang sangat berharga,yang dibutuhkan oleh para suami.. faedah yang diambil dari nasihat ini adalah larangan Rasulullah bagi suami untuk membenci istrinya karena suatu sifat tertentu. Seorang suami hendaknya bersabar,karena dalam diri istri selain terdapat perilaku yang buruk dan dibenci,pasti masih banyak perilaku lain yang dia sukai.Allah berfirman: “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,(maka bersabarlah)karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”( An-Nisaa [4]:19). Islam menganjurkan basa-basi antara suami dan istri,yaitu suami memuji istri dan istri menyanjung suami,sehingga terjalinlah rasaa cinta antara keduanya,dan supaya keduanya tidak saling menjauhi atau tidak saling membenci. Terkadang, basa-basi dan memuji sangat diperlukan. Kamu bisa mengatakan kepada istri,”kamu cantik dengan gaun ini,”sehingga menambah rasa cinta kepda suami,dan gaun itu menjadi gaun yang paling digemarinya.
7.      Hak Suami Atas Istri
 Rasulullah bersabda: “Seoarng istri tidak boleh berpuasa,sementara suaminya hadir (sedang berada di tempat atau rumah) kecuali dengan izin suaminya. Hendaklah istri tidak mengizinkan orang lain masuk rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya. Dan hartaa yang ia sedekahkan dari suami tanpa ada perintah dari suami,maka separoh pahalanya untuk sang suami.”(HR Bukhari). Maksud perkataan Rasul,”suaminya hadir” adalah ketika suaminya ada di tempat tinggal,tidak sedang pergi. Puasa yang dilarang di sini adalah puasa sunah. Akan halnya puasa Ramadhan,tidak ada permintaan izin. Suami atau siapapun tidak berhak melarang istri berpuasa Ramadhan jika ia tidak sedang berhalangan(udzur). Seandainya suami melarang istrinya berpuasa Ramadhan,maka tidak boleh taat kepada makhluk dalam hal maksiat kepada khaliq.
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan,”At-Thabranimeriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas secara marfu’(sampai ke Nabi),di tengah hadist ditambah kalimat,’Dan di antara hak suami dari istrinya adalah istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izinnya,jika istri tetap berpuasa maka puasanya tidak di terima.’” Al-Muhallab mengatakan larangan dalam hadist tersebut bersifat tanzih,”Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada di tempat termasuk salah sau etika dalm hubungan suami-istri. Istri boleh melakukan ibadah-ibadaah sunnah tanpa izin suami selama tidak merugikan suami dan tidak menghalangi hak-hak suami. Suami tidak boleh membatalkan ibadah sunnah yang tengah dsuami dan tidak menghalangi hak-hak suami. Suami tidak boleh membatalkan ibadah sunnah yang tengah dikerjakan istri,meski tanpa seizinnya. Namun pendapat ini bertentangan dengan zhahir hadist. Dalam hadist disebutkan bahwa hak suami itu lebih kuat untuk dipenuhi dari pada melakukan ibadah sunnah,karena hak suami hukumnya wajib dipenuhi. Melaksanakan kewajiban lebih didahulukan dari melaksanakan hal yang sunnah.
8.      Suami Bisa Menjadi Surga Atau Neraka Bagi Istri
Hushain bin Muhshan berkata,”Bibiku memberitahuku,’Aku datang menemui Rasulullah untuk suatu keperluan,beliau bertanya,’Siapa kamu?Apakah kamu punya suami (telah menikah)? ‘Aku menjawab,’Ya’. Rasul bertanya lagi,’Bagaiman sikapmu kepadanya? ‘Aku menjawab,’Aku tidak berhenti berkhidmat kepadanya sekuat tenagaku kecuali apa yang tidak mampu aku lakukan.’Rasul berkata,’Lihatlah,di mana kedudukanmu terhadapnya? Ia adalah surgamu dan nerakamu.’”(HR Ahmad,Al-Hakim,An-Nasa’I dan At-Thabrani). Dari konteks hadist ini tampak bahwa bibi Hushain bin Muhshan menemui Rasulullah untuk suatu keperluan. T
api Rasulullah ingin menunjukkan perkara yang penting padanya,yaitu keutamaan menaati suami dan mempergaulinya dengan baik. Meskipun ia tidak menanyakan kepada RAsul sedikit pun tentang hal pernikahan,dengan dalil bahwa Rasul bertanya,”Apakah kamu punya suami?” yakni,apakah kamu sudah menika? Dan pada perkataan Rasul,”sesungguhnya ia(bisa jadi) surgemu dan (bias jadi) nerakamu.” Maksudnya,ketaatan istri terhadap suami dan keridhaan suami kepadanya menyebabkan sang istri masuk surga. Sedangkan maksiat(kedurhakaan) seorang istri kepada suami dan kemarahan suami kepadanya bisa menyebabkan istri nasuk neraka. Jadi,suami bisa menjadi surge dan bisa menjadi neraka bagi istri. Banyak hadist lain yang menganjurkan kepada istri untuk selalu taat kepada suami dan bersikap baik kepadanya,serta mewanti-wanti istri agar tidak melawan dan tidak durhaka kepada suami. Termasuk di dalamnya memperingatkan istri tentang akibat-akibat kemarahan suami.
 Diantaranya adalah hadist-hadist dan nasihat-nasihat Rasulullah berikut ini: 1. Rasulullah bersabda: “Jika istri telah melaksankan kewajiban sholat lima waktu,menjaga kemaluannya,,menaati suaminya,niscaya ia akan masuk surga dari pintu surge manapun yang ia inginkan.”(HR Ahmad, Ibnu Hibban, dan hadist ini hasan). 2. Rasulullah bersabda: “Manakah wanita meninggal,sementara suaminya ridha terhadapnya, Niscaya ia akan masuk surge.”(HR At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan At-Thabrani). 3. Rasulullah bersabda: “Seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia,niscaya bidadari yang menjadi istri suaminya akan mengatakan kepadanya,’Semoga Allah membalas perbuatanmu dengan keburukan,suamimu hanyalah sebagai tamu bagimu,ia akan meninggalkanmu dan pergi kepada kami.”(HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). 4. Rasulullah bersabda: “Dan demi Tuhan yang menjaga jiwa Nabi Muhammad dala kuasa-Nya,seorang istri belum bisa dikatakan telah menunaikan hak Tuhan atasnya sebelum ia memenuhi hak suaminya.”(HR Ibnu Majah dan Al-Hakim). 5. Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan melihat(tidak ridha) kepada istri yang tidak berterima kasih kepada suaminya,sementara ia masih butuh kepada suaminya.”
9. Larangan Seorang Wanita Melihat Wanita Lain,Lalu Menggambarkannya kepada Suaminya
 Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya Rasulullah bersabda: “Janganlah seorang wanita melihat wanita lain,lalu meggambarkannya apa yang ia lihat kepada suaminya,sehingga suaminya melihat sendiri.” Al-Qabisi mengatakan,”ini merupakan dalil bagi Iman Malik mengenai saddudz dzara’i (mencegah timbulnya bahaya). Hikmah dari larangan ini supaya suami tidak terpikat oelh wanita yang diceritakan istrinya. Apakah suami tertarik oleh wanita tersebut, bisa jadi ia akan menceraikan istrinya atau terobsesi mendapatkan wanita yang telah digambarkan oleh istrinya sendiri.
9.      Wanita Adalah Pemimpin di Rumah Suaminya
 Rasulullah bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinya. Penguasa adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas rakyatnya, suami adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas keluarganya,istri di rumah suaminya adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas yang dipimpinya.”(Muttafaq’alaih). Nasihat ini membahas tentang tanggung jawab yang besar bagi setiap pasangan suami-istri atas apa yang telah dipercayakan kepaada mereka berdua. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga,tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan materi,semisal pangan,sandang,papan,dan obat-obatan bagi keluarganya,tapi yang lebih penting dari itu adalah tanggung jawab dalam mendidik,mengarahkan,dan membimbingkeluarga.
10.   Agar Tetap Di Syang Suami
 Rasulullah bersabda: “Di antara kebahagian bagi suami adalah wanita yang salehah; jika kamu melihatnya,ia akan membahagiakanmu. Jika kamu pergi,kamu merasa aman dengannya pada dirimu dan hartamu. Dan di antara kesedihan (bagi suami) adalah wanita jika kamu melihatnya,ia akan menyakitimu,dan lidahnya menjelekkanmu. Jika kamu pergi darinya, kamu tidak merasa aman dengannya pada dirinya dan hartanya.”(HR Ibnu Hibban). Perhatian seorang istri terhadap kecantikannya merupakan hal yang pening dalam kehidupan rumah tangga,meski ad beberapa wanita yang meremehkannya. Ini demi kepentingan suami. Ali bin Abi Thalib berkata,”Wanita yang paling baik adalah yang paling wangi bau tubuhnya,paling enak makanan yang dibuatnya. Jika berbelanja ia tidak boros dan jika berhemat tidak pelit.” Selain penampilan yang cantik dan menarik,lebih penting lagi adalahperilaku dan budi pekerti yang baik.adalah suatu musibah jika seorang suami mendapatkan istri yang panjang lidah.
Lidah wanita mencerminkan kecantikan atau keburukan sifatnya.meski berwajah cantik,kalau ia suka mengucapkan kata-kata yang melukai perasaan,maka lidahnya telah menghilangkan kecantikannya.sebaliknya,meski wajahnya tidak cantik,tetapi memiliki tutur kata dan akhlak yang baik,maka lidahnya akan menjadikannya sebagai wanita tercantik di dunia.kecantikan yang hakiki adalah kecantikan dalam perilaku dan budi pekerti. Kecantikan wanita juga terletak pada rasa malunya untuk tidak mempertontonkan keindahan tubuhnya kepada orang lain yang tidak berhak.

D.    Keluarga Sakinah Sebagai Benteng Prilaku Korupsi

korupsi tumbuh karena keinginan manusia untuk kaya secara cepat dan instant. Agaknya, manusia sudah diliputi selera instant, seperti dalam iklan mie instant di TV. Keluarga harus mengajarkan kepada semua anggotanya bahwa menjadi kaya tidak dilarang asalkan kekayaan itu diperoleh melalui kerja-kerja yang halal, bukan melalui kegiatan yang tidak terpuji, seperti pungli, pemalsuan dokumen atau melalui aktivitas suap-menyuap. Harta yang dianugerahkan Allah kepada kita pun tidak boleh ditumpuk, tetapi harus didistribusikan untuk sebesar-besar kepentingan dan kemaslahatan umat. Sejak kecil, anak-anak perlu dibiasakan hidup hemat dan bekerja keras, serta membiasakan untuk tidak mengambil barang milik orang lain dengan cara yang tidak benar. Kebahagiaan manusia tidak terletak dari banyak dan sedikitnya harta yang dimiliki, melainkan terletak pada suasana batin yang selalu ingat dan bersyukur kepada Sang Pencipta.
Korupsi terjadi karena manusia terjerat pola hidup materialistik, kapitalistik dan hedonistik. Manusia berlomba-lomba memenuhi selera biologisnya yang tidak pernah puas. Punya satu mobil ingin mobil kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap muncul merek mobil terbaru, pikirannya lalu tidak bisa tenang sebelum mendapatkannya. Demikian halnya dengan rumah, pakaian, dan asesoris lainnya. Pendek kata manusia seperti ini menjadi budak bagi dirinya sendiri, budak bagi hasrat badaninya sendiri, dan budak bagi materi yang selalu didambakannya. Batinnya tidak pernah merasa puas, melainkan selalu dahaga dan gersang, meskipun hidupnya penuh dibalut dengan kemegahan dan kemewahan harta yang bergelimpangan. Keadaan ini persis seperti gambaran dalam hadis Nabi saw:"Rasullullah saw bersabda: "Celakalah hamba dinar dan hamba dirham, hamba permadani, dan hamba baju. Apabila ia diberi ia puas dan apabila tidak diberi ia menggerutu kesal. (HR. Bukhari melalui Abu Hurairah).Mengantisipasi hal ini, keluarga hendaknya secara dini menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, kebersahajaan, dan keikhlasan. Dan yang tidak kurang pentingnya adalah menanamkan kesadaran kepada anggota keluarga bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kehidupan yang abadi tersedia di akhirat nanti. Karena itu, kehidupan dunia yang cuma sementara ini harus diisi secara maksimal dengan amal-amal saleh yang akan menjadi bekal bagi kehidupan kelak. Selain itu, keluarga juga harus menanamkan kesadaran bahwa semua yang kita miliki berupa harta benda apapun akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Sang Pencipta. Kita akan ditanyai dari mana asal-usul harta tersebut dan bagaimana kita menggunakannya.
Melalui mekanisme kontrol yang ketat inilah diharapkan keluarga berfungsi menjadi benteng bagi tumbuhnya budaya korupsi di masyarakat. Jika setiap keluarga mampu melakukan kontrol yang efektif terhadap setiap anggotanya maka dapat diprediksikan bahwa generasi mendatang akan bebas dari perilaku korupsi. Ketika itulah negara dan bangsa kita akan menikmati ketenteraman dan kejayaan di bawah limpahan karunia Tuhan, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur`an: "baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur."


  
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sakinah adalah pernikahan yang sudah jelas merupakan sebuah ritul ibadah yang mempunyai banyak fungsi dan manfaat bagi umat manusia, baik secara pribadi maupun masyarakat. Keluarga sakinah merupakan pilar terbangunnya sebuah masyarakat yang baik dan berakhlakul karimah, karena keluarga merupakan elemen terkecil dari masyarakat. Jika keluarga nya baik, maka semua masyarakat akan baik, begitupun sebaliknya.




Daftar Pustaka
Fahrurozi. 2008. Sakinah mawaddah warahmah. Dalamhttp://fahrurozi.wordpress.com/2008/04/20/sakinah-mawaddah-wa-rahmah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar