Sabtu, 05 Desember 2015

makalah perceraian



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kompilasi Hukum Islam merumuskan bahwa tujuan perkawinan (pernikahan) adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, yaitu rumah tangga yang tenteram, penuh kasih sayang, serta bahagia lahir dan batin. Rumusan ini sesuai dengan firman Allah SWT :

Artinya :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Q.s.Ar-ruum :21)
Tujuan perkawinan tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang menghalalkan hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas, meliputi segala aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun batiniah. Sejalan dengan tujuannya, perkawinan memiliki sejumlah hikmah atau keuntungan bagi orang yang melakukannya.

B.     Rumusan Masalah
Mengingat begitu luasnya aspek-aspek ihwal perceraian, maka di makalah ini kami membatasi pembahasan sebagai berikut :
1.      Bagaimana tinjauan konseptual mengenai perceraian?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan maraknya perceraian?
3.      Apa kiat untuk menghindari (mencegah) perceraian?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk memahami tinjauan konseptual mengenai perceraian
2.      Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya perceraian.
3.      Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari (mencegah) perceraian



 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perceraiaan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, perceraian diartikan sebagai:
1.      Pisah
2.      Putusnya hubungan suami istri
3.      Talak
   Secara harfiah, pengertian perceraian (talak) adalah pemutusan terhadap ikatan pernikahan secara agama dan hukum. Sedangkan secara istilah syara’ adalah melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang menunjukkan talak atau perceraian. Dalam syariah cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya. Dalam islam, perceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh islam tetapi dibolehkan dengan alasan den sebab-sebab tertentu, perceraian boleh dilakukan dengan cara talak, fasakh dan khuluk atau tebus talak.
B.     Dalil-dalil Tentang Perceraiaan
      Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di antara sesama muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rosulullah S.A.W. yang akanlah kita mendapat pahala jika melakukannya. Namun ketika pernikahan tersebut membuat seseorang atau masing-masing pasangan yang menikah merasa tersiksa secara lahir dan bathin akibat sebuah ikatan bersama, maka dihalalkan bagi mereka untuk melakukan perpisahan rumah tangga.




Dalil tentang perceraian diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Allah telah berfirman yang artinya : "Talak (yang dapat dirujuk kembali itu) dua kali. Sesudah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik." (Al Baqarah: 229)

2_229.png (675×323)
Artinya :
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim ( Q.s.al-baqarah : 229)
2.      Firman Allah SWT di surah At-Talak ayat 2 yang artinya : 
"Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik pula" 
3.      Rasulullah SAW pernah bersabda: “Talak (perceraian) adalah suatu yang halal yang paling dibenci Allah.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
4.      Juga Hadits Rasulullah SAW : “Ada tiga perkara yang kesungguhannya adalah kesungguhan (serius) dan guraunya (main-main) adalah kesungguhan (serius), yaitu perceraian, nikah dan rujuk.” (HR. Abu Hanifah).
Adapun landasan hukum positif (Negara) mengenai perceraian diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-undang Perkawinan ini tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus. Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara kelas menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan. Definisi perceraian di Pengadilan Agama itu, dilihat dari putusnya perkawinan.
Putusnya perkawinan di UUP dijelaskan, yaitu:
1.      Karena kematian
2.      Karena perceraian
3.      Karena putusan pengadilan.

C.    Hukum Perceraian atau talak
Hukum talak atau perceraian itu beragam yaitu bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah. Dengan rincian sebagai berikut:
1.      Perceraiannhukumnyanwajib
Apabila suami isteri tidak dapat didamaikan lagi, dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumah tangga mereka. Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik, Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.
2.      Perceraian hukumnya haram, apabila :
a.       Suami menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas.
b.      Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.
c.       Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya.
d.      Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih.
3.      Perceraian hukumnya sunah, apabila :
a.       Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b.      Isterinya tidak menjaga martabat dirinya
4.      Perceraian hukumnya makhruh, apabila suami menjatuhkan talak kepada istrinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama.
5.      Perceraian hukumnya mubah, apabila suami lemah keinginan nafsunya atau istrinya belum datang haid atau telah putus haidnya.

D.    Jenis-jenis Perceraiaan
Dalam islam terdapat beberapa jenis perceraian yaitu seperti berikut : 
1.      Talak
Talak merupakan kalimat bahasa arab yang bermaksud "menceraikan" atau "melepaskan". Berdasarkan istilah syara' ialah : Melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang menunjukkan talak atau perceraian. Jika suami melafadzkan kalimat ini ke atas istrinya, maka dengan sendirinya mereka berdua telah terpisah dan istrinya dan berada dalam keadaan ibadah.
Dan Jika semasa isteri di dalam Iddah dan kedua pasangan ingin berdamai, mereka boleh rujuk semula tanpa melalui proses pernikahan. Sebagaimana firman Allah swt di surah At-Talak ayat 2 yang bermaksud : "Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik pula"
2.      Cerai Ta'lik
Ta'lik artinya mensyaratkan atau menggantungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Cerai ta'lik ini berlaku dalam beberapa hal : 
a.       Ta'lik yang diucapkan suami di hadapan Kadi dan saksi setelah ijab kabul sebagaimana yang termaktub di dalam akta pernikahan. Perceraian seperti ini hanya boleh ditetapkan oleh Hakim di dalam perbicaraan. Perkara ini berlaku jika isteri ingin menuntut perceraian di hadapan Hakim, sementara suami tidak mahu menceraikan isterinya dan belum melafazkan talak kepadanya. Isteri dikehendaki menbuktikan bahwa suaminya telah melanggar perjanjian (Ta'lik) yang telah dibuat sewaktu bernikah dahulu. Jika Hakim dapati suami telah melanggar ta'lik dengan bukti-bukti yang jelas, yang dikemukakan oleh isteri di dalam perbicaraan, maka Hakim berhak memisahkan kedua pasangan dan menghukumkan jatuh talak ke atas isteri. 
b.      Ta'lik yang diucapkan oleh suami kepada isterinya sebagai contoh : "Jika kamu keluar rumah ini, maka jatuhlah talak satu kepadamu!" Jika isteri tetap keluar dari rumah tersebut setelah memahami ucapan yang dibuat oleh suaminya, maka jatuhlah talak ke atasnya. Tetapi jika ada lafaz tambahan umpama kalimat "hari ini" di dalam lafaz yang diucapkan oleh suami, maka jika isteri keluar dari rumah pada esok hari, lusa atau sebagainya maka tidaklah jatuh talak ke atasnya.
3.      Fasakh
Fasakh berarti memutuskan pernikahan, perkara ini hanya boleh diputuskan apabila pihak isteri membuat pengaduan kepada Pengadilan dan Hakim menetapkan setelah persidangan. Fasakh bisa berlaku dengan beberapa sebab, diantaranya : 
a.       Suami telah menngabaikan pemberian nafkah atau tidak memberi nafkah untuknya selama tiga bulan. 
b.      Suami telah dihukum penjara selama tiga tahun atau lebih dan hukuman itu telah menjadi ketetapan.
c.       Suami tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang suami terhadap isterinya selama satu tahun dengan tanpa sebab yang jelas (syar’i).
d.      Suami lemah syahwat (impoten) pada masa pernikahan dan terus-menerus begitu.
e.       Suami gila atau menghidap penyakit parah (akut) dalam butuh waktu yang panjang untuk menyembuhkannya atau tidak ada harapan sembuh dan jika diteruskan perhubungan suami-isteri akan mengganggu kesehatan isteri.
f.       Suami berlaku kejam terhadap isteri.

4.      Khulu’
Khulu' berarti tanggal. Menurut pengertian syara' Khulu' adalah : 
Perceraian yang diminta oleh isteri kepada suaminya dengan memberi uang atau sebagainya sebagai dispensasi perceraian. Di kalangan masyarakat Melayu, Khulu' juga membawa maksud "tebus talak". Perkara ini berlaku disebabkan beberapa hal yang tidak disenangi oleh isteri tersebut terhadap suaminya. 

E.     Jenis-jenis Talak
Terdapat beberapa jenis talak di dalam perceraian, jenis-jenis talak ini bisa dikategorikan seperti berikut : 
1.      Talak Raj'ie 
Talak Raj'ie membawa maksud talak yang boleh dirujuk kembali semasa isteri di dalam Iddah dengan lafaz-lafaz tertentu, dan pasangan tidak dikehendaki melalui majlis ijab dan kabul. Talak yang dilafazkan oleh suami hanya disebut Raj'ie jika ia merupakan talak yang pertama atau talak yang kedua. 
2.      Talak Battah 
Talak Battah adalah talak yang dilafazkan oleh suami kepada isterinya untuk selama-lamanya, umpamanya perkataan suami kepada isterinya : “aku ceraikan kau buat selama-lamanya”. Menurut pandangan Imam Syafi’e, talak seperti ini hanya jatauh menurut niatnya, jika suami berniat satu, maka talak hanya disabitkan satu, tetapi jika dia berniat tiga maka talak dikra jatuh tiga.
3.      Talak Bain 
Talak bain dibagi menjadi 2 yaitu:
a.       Talak Bain Kubra adalah talak yang telah berlaku kepada pasangan tersebut sebanyak tiga kali, yaitu suami telah menceraikan isterinya sebanyak tiga kali. Pasangan ini tidak boleh rujuk atau menikah semula untuk selama-lamanya, melainkan isteri tersebut menikahi lelaki lain dan mereka hidup sebagai suami isteri yang sah. Jika ditakdirkan isteri ini berpisah dengan suaminya yang kedua, atau suami keduanya meninggal dunia, maka barulah suami pertamanya berhak menikahi bekas isterinya ini.
b.      Talak Bain Sughra adalah talak yang telah diucapkan oleh suami kurang dari tiga kali, tetapi pasangan tidak boleh "Rujuk" kembali melainkan dengan pernikahan yang baru, walaupun isterinya di dalam Iddah.
4.      Menjatuhkan talak tiga sekaligus
Di zaman Nabi saw dan Abu Bakar ra, talak yang dijatuhkan tiga dalam satu waktu dihukum hanya jatuh sekali saja. Tetapi semasa Sayyidina Umar Ibnu Khattab ra menjadi Khalifah, beliau telah menghukumkan jatuh ketiga-tiga talak sekaligus. Keputusan ini dibuat oleh Sayyidina Umar kerana pada zamannya itu masyarakat amat mempermudah lafaz talak yang dibuat. Bila berlaku perkara seperti ini, Hakim pengadilan akan membicarakan ke pasangan tersebut dan memutuskan hukum talaknya.
5.      Talak Sunni 
Talak Sunni adalah talak yang mengikut sunnah Nabi saw, yaitu seorang suami menceraikan isterinya di saat ia telah suci dari haid dan sebelum mereka bersatu, lalu suami melafazkan talak di hadapan dua orang saksi.
6.      Talak Bid'i
Talak Bid'i adalah talak yang diucapkan oleh suami ketika isteri dalam keadaan berikut : 
1.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri uzur (haid).
2.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam nifas.
3.      Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam keadaan suci tetapi suami telah bersatu dengannya.

F.     Iddah
Iddah adalah masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (العِدَّة) yang bermakna perhitungan. Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan.
1.      Iddah Talak adalah Iddah disebabkan perceraian. Isteri-isteri yang telah ditalak oleh suami mereka terbahagi kepada empat golongan :
a.       Isteri-isteri yang telah dicampuri suaminya tetapi belum habis haid, maka Iddah mereka adalah sebanyak tiga kali suci.
b.      Isteri-isteri yang masih dicampuri suami mereka, tetapi sudah putus haid kerana sudah tua, Iddah mereka adalah selama tiga bulan sepuluh hari.
c.       Isteri-isteri yang belum baligh, maka Iddah mereka tiga bulan.
d.      Isteri-isteri yang belum dicampuri oleh suami mereka, maka tiada Iddah bagi mereka.
2.      Iddah Hamil 
Iddah Hamil adalah Iddah bagi isteri yang diceraikan semasa sedang hamil. Iddah isteri ini adalah sampai dia melahirkan anak.
3.      Iddah Wafat 
Iddah Wafat adalah Iddah bagi seorang isteri yang kematian suaminya, Iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. 
4.      Al-Ihdad 
Al-Ilhdad bermaksud membatasi diri (seorang isteri) dari memakai perhiasan, pakaian yang bagus-bagus atau harum-haruman sewaktu kematian suami atau anaknya atau mereka-mereka yang akrab. Jika beliau kehilangan suami, maka Iddahnya adalah selama empat bulan sepuluh hari dan jika yang meninggal adalah anaknya atau ahli keluarganya yang akrab, maka waktunya selama tiga hari.

G.    Rukun Perceraian atau Talak
Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat
sahnya perceraian
1.      Rukun talak bagi suami :
a.       Berakal sehat
b.      Baligh
c.       Dengan kemauan sendiri
2.      Rukun talak bagi istri :
a.       Akad nikah sah
b.      Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya

Lapadz talak :
1.      Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
2.      Dengan sengaja dan bukan paksaaan

H.    Faktor-Faktor Penyebab Perceraiaan
Permasalahan di dalam rumah tangga sering kali terjadi, mungkin memang sudah menjadi bagian dalam lika-liku kehidupan didalam rumah tangga, dan dari sini kita akan mengambil contoh yaitu kasus “Perceraian ” yang kerap kali menjadi masalah dalam rumah tangga. Beberapa faktor sebagai berikut:
1.    Kesetian dan Kepercayaan
2.    Komunikasi
3.    Ekonomi 
4.    Pernikahan Tidak Dilandasi Rasa Cinta 
5.    Harapan Tidak Realistis. 
6.     ‘Power’ Dalam Perkawinan
7.    Konflik Peran
8.    Cinta Meredup. 
9.     Seks 
10. Affair (Orang Ketiga). 

I.       Kiat-Kiat Menghindari Perceraian
     Proses menghindari perceraian adalah sesuatu yang harus dimulai pada awal dari sebuah hubungan. Banyak orang mencari topik seperti ini, karena bagaimanapun juga banyak orang yang merasa takut kehilangan pasangan mereka. Apalagi jika sudah mempunyai anak, bukan hanya suami atau istri yang jadi korban akan tetapi anaklah yang menjadi korban terberat akibat perceraian rumah tangga. Dalam sebuah keluarga tidak lepas dari suatu masalah. Dari permasalahan itu banyak orang yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka atau bercerai. Kebanyakan pada saat itu hanya ego yang mereka gunakan, tanpa melihat dampak buruk dari perceraian itu sendiri. Untuk itu kita harus waspada dan segera mungkin mencari langkah-langkah untuk menghindari sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan perceraian.
Cara untuk Menghindari Perceraian, yaitu:
1.      Tanamkan pada diri dan keluarga anda bahwa perkawinan adalah komitmen yang serius dan tidak bisa dianggap enteng.
2.      Pastikan bahwa pasangan anda tahu bahwa mereka adalah prioritas utama dalam hidup.
3.      Menjaga Komunikasi antar pasangan. Keterbukaan dalam segala hal membantu anda dalam menghindari permasalahan dalam keluarga.
4.      Kesampingkan ego pribadi, Jangan merasa diri selalu benar dan selalu menyudutkan pasangan.
5.      Ingat anak, cobalah ingat anak-anak, buah cinta kasih.
6.      Jika mengalami keretakan, cobalah untuk mengenang dan memunculkan memori pada saat menikah dulu.
7.      Cemburu dan selingkuh, Bukan barang baru bahwa banyak perselisihan terjadi gara-gara rasa cemburu, yang lebih sering berakar dari salah tafsir dan kurangnya keterbukaan.











BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga akan selalu ada cobaan dan rintangan yang menghadang. Cobaan itu bisa kecil bisa juga teramat besar. Tak jarang cobaan itu membuat hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Penyebabnya beragam, lemahnya komunikasi, affair dengan pihak ketiga, dll. 
Islam sendiri membolehkan perceraian, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW : “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”. Hadits di atas jelas memberikan gambaran bolehnya perceraian. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa perceraian itu hal yang dibenci Allah. Artinya sebisa mungkin kita menghindari perceraian. Adapun kiat-kiat menghindari perceraian diantaranya dengan peningkatan rasa kecercayaan dan kesetiaan juga komunikasi yang baik dll. Dengan begitu diharapkan perceraian bisa dihindari sejauh mungkin.









DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,khoirum. 2010. Perceraian dalam pandangan islam ( online )     https://dreamlandaulah.wordpress.com/2010/01/24/perceraian-dalam-pandangan-islam/.Diakses pada hari senin 22 desember 2014.
Salim, Hadiyah. 1983. Terjemah Mukhtarul hadits. Bandung : Al Ma;arif
Yunus. 2013. Hukum perceraian atau talak dalam sudut islam ( online )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar