BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kompilasi Hukum Islam
merumuskan bahwa tujuan perkawinan (pernikahan) adalah untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, yaitu rumah tangga
yang tenteram, penuh kasih sayang, serta bahagia lahir dan batin. Rumusan ini
sesuai dengan firman Allah SWT :
Artinya :
Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Q.s.Ar-ruum :21)
Tujuan perkawinan
tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bersifat biologis yang menghalalkan
hubungan seksual antara kedua belah pihak, tetapi lebih luas, meliputi segala
aspek kehidupan rumah tangga, baik lahiriah maupun batiniah. Sejalan dengan
tujuannya, perkawinan memiliki sejumlah hikmah atau keuntungan bagi orang yang
melakukannya.
B.
Rumusan
Masalah
Mengingat begitu luasnya aspek-aspek ihwal perceraian, maka di makalah ini kami membatasi pembahasan sebagai berikut :
Mengingat begitu luasnya aspek-aspek ihwal perceraian, maka di makalah ini kami membatasi pembahasan sebagai berikut :
1.
Bagaimana tinjauan konseptual mengenai perceraian?
2.
Faktor apa saja yang menyebabkan maraknya perceraian?
3.
Apa kiat untuk menghindari (mencegah) perceraian?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk memahami tinjauan konseptual mengenai perceraian
2.
Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya perceraian.
3.
Untuk mengetahui kiat-kiat menghindari (mencegah) perceraian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perceraiaan
Menurut kamus besar bahasa indonesia, perceraian
diartikan sebagai:
1.
Pisah
2.
Putusnya hubungan suami istri
3.
Talak
Secara
harfiah, pengertian perceraian (talak) adalah pemutusan terhadap ikatan
pernikahan secara agama dan hukum. Sedangkan secara istilah syara’ adalah
melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang
menunjukkan talak atau perceraian. Dalam syariah cerai atau talak adalah
melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan
istri dalam waktu tertentu atau selamanya. Dalam islam, perceraian merupakan
sesuatu yang tidak disukai oleh islam tetapi dibolehkan dengan alasan den
sebab-sebab tertentu, perceraian boleh dilakukan dengan cara talak, fasakh dan
khuluk atau tebus talak.
B.
Dalil-dalil Tentang Perceraiaan
Islam
membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di antara sesama
muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rosulullah S.A.W. yang akanlah kita
mendapat pahala jika melakukannya. Namun ketika pernikahan tersebut membuat
seseorang atau masing-masing pasangan yang menikah merasa tersiksa secara lahir
dan bathin akibat sebuah ikatan bersama, maka dihalalkan bagi mereka untuk
melakukan perpisahan rumah tangga.
Dalil tentang perceraian
diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.
Allah telah berfirman yang artinya : "Talak (yang dapat
dirujuk kembali itu) dua kali. Sesudah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
makruf atau menceraikan dengan cara yang baik." (Al Baqarah: 229)
Artinya :
Talak (yang
dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf
atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir
bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka itulah orang-orang yang zalim ( Q.s.al-baqarah : 229)
2.
Firman Allah SWT di surah At-Talak ayat 2 yang artinya :
"Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik pula"
"Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik pula"
3.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Talak (perceraian) adalah
suatu yang halal yang paling dibenci Allah.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
4.
Juga Hadits Rasulullah SAW : “Ada tiga perkara yang
kesungguhannya adalah kesungguhan (serius) dan guraunya (main-main) adalah
kesungguhan (serius), yaitu perceraian, nikah dan rujuk.” (HR. Abu Hanifah).
Adapun
landasan hukum positif (Negara) mengenai perceraian diatur dalam Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-undang Perkawinan ini tidak
memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus. Pasal 39 ayat (2) UU
Perkawinan serta penjelasannya secara kelas menyatakan bahwa perceraian dapat
dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan. Definisi
perceraian di Pengadilan Agama itu, dilihat dari putusnya perkawinan.
Putusnya perkawinan
di UUP dijelaskan, yaitu:
1.
Karena kematian
2.
Karena perceraian
3.
Karena putusan pengadilan.
C.
Hukum
Perceraian atau talak
Hukum talak atau perceraian itu beragam yaitu
bisa wajib, sunnah, makruh, haram, mubah. Dengan rincian sebagai
berikut:
1.
Perceraiannhukumnyanwajib
Apabila suami isteri tidak dapat didamaikan lagi, dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumah tangga mereka. Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik, Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.
Apabila suami isteri tidak dapat didamaikan lagi, dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumah tangga mereka. Apabila pihak pengadilan berpendapat bahawa talak adalah lebih baik, Jika tidak diceraikan dalam keadaan demikian, maka berdosalah suami.
2.
Perceraian
hukumnya haram, apabila :
a.
Suami menceraikan isteri ketika sedang haid
atau nifas.
b.
Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi.
c.
Ketika suami sedang sakit yang bertujuan
menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya.
d.
Menceraikan isterinya dengan talak tiga
sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali
atau lebih.
3.
Perceraian hukumnya sunah, apabila :
a.
Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b.
Isterinya tidak menjaga martabat dirinya
4.
Perceraian hukumnya makhruh, apabila suami
menjatuhkan talak kepada istrinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai
pengetahuan agama.
5.
Perceraian hukumnya mubah, apabila suami lemah
keinginan nafsunya atau istrinya belum datang haid atau telah putus haidnya.
D.
Jenis-jenis Perceraiaan
Dalam islam terdapat beberapa jenis perceraian yaitu seperti berikut :
Dalam islam terdapat beberapa jenis perceraian yaitu seperti berikut :
1.
Talak
Talak merupakan kalimat bahasa arab yang bermaksud "menceraikan" atau "melepaskan". Berdasarkan istilah syara' ialah : Melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang menunjukkan talak atau perceraian. Jika suami melafadzkan kalimat ini ke atas istrinya, maka dengan sendirinya mereka berdua telah terpisah dan istrinya dan berada dalam keadaan ibadah.
Talak merupakan kalimat bahasa arab yang bermaksud "menceraikan" atau "melepaskan". Berdasarkan istilah syara' ialah : Melepaskan ikatan pernikahan atau perkawinan dengan kalimah atau lafaz yang menunjukkan talak atau perceraian. Jika suami melafadzkan kalimat ini ke atas istrinya, maka dengan sendirinya mereka berdua telah terpisah dan istrinya dan berada dalam keadaan ibadah.
Dan Jika semasa isteri di dalam Iddah dan kedua pasangan
ingin berdamai, mereka boleh rujuk semula tanpa melalui proses pernikahan.
Sebagaimana firman Allah swt di surah At-Talak ayat 2 yang bermaksud :
"Maka rujukilah mereka dengan cara yang baik atau ceraikanlah mereka
dengan cara yang baik pula"
2.
Cerai Ta'lik
Ta'lik artinya mensyaratkan atau menggantungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Cerai ta'lik ini berlaku dalam beberapa hal :
Ta'lik artinya mensyaratkan atau menggantungkan sesuatu kepada sesuatu yang lain. Cerai ta'lik ini berlaku dalam beberapa hal :
a.
Ta'lik yang diucapkan suami di hadapan Kadi dan saksi setelah
ijab kabul sebagaimana yang termaktub di dalam akta pernikahan. Perceraian
seperti ini hanya boleh ditetapkan oleh Hakim di dalam perbicaraan. Perkara ini
berlaku jika isteri ingin menuntut perceraian di hadapan Hakim, sementara suami
tidak mahu menceraikan isterinya dan belum melafazkan talak kepadanya. Isteri
dikehendaki menbuktikan bahwa suaminya telah melanggar perjanjian (Ta'lik) yang
telah dibuat sewaktu bernikah dahulu. Jika Hakim dapati suami telah melanggar
ta'lik dengan bukti-bukti yang jelas, yang dikemukakan oleh isteri di dalam
perbicaraan, maka Hakim berhak memisahkan kedua pasangan dan menghukumkan jatuh
talak ke atas isteri.
b.
Ta'lik yang diucapkan oleh suami kepada isterinya sebagai
contoh : "Jika kamu keluar rumah ini, maka jatuhlah talak satu
kepadamu!" Jika isteri tetap keluar dari rumah tersebut setelah memahami
ucapan yang dibuat oleh suaminya, maka jatuhlah talak ke atasnya. Tetapi jika
ada lafaz tambahan umpama kalimat "hari ini" di dalam lafaz yang
diucapkan oleh suami, maka jika isteri keluar dari rumah pada esok hari, lusa
atau sebagainya maka tidaklah jatuh talak ke atasnya.
3.
Fasakh
Fasakh berarti memutuskan pernikahan, perkara ini hanya boleh diputuskan apabila pihak isteri membuat pengaduan kepada Pengadilan dan Hakim menetapkan setelah persidangan. Fasakh bisa berlaku dengan beberapa sebab, diantaranya :
Fasakh berarti memutuskan pernikahan, perkara ini hanya boleh diputuskan apabila pihak isteri membuat pengaduan kepada Pengadilan dan Hakim menetapkan setelah persidangan. Fasakh bisa berlaku dengan beberapa sebab, diantaranya :
a.
Suami telah menngabaikan pemberian nafkah atau tidak memberi
nafkah untuknya selama tiga bulan.
b.
Suami telah dihukum penjara selama tiga tahun atau lebih dan
hukuman itu telah menjadi ketetapan.
c.
Suami tidak menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai
seorang suami terhadap isterinya selama satu tahun dengan tanpa sebab yang
jelas (syar’i).
d.
Suami lemah syahwat (impoten) pada masa pernikahan dan
terus-menerus begitu.
e.
Suami gila atau menghidap penyakit parah (akut) dalam butuh
waktu yang panjang untuk menyembuhkannya atau tidak ada harapan sembuh dan jika
diteruskan perhubungan suami-isteri akan mengganggu kesehatan isteri.
f.
Suami berlaku kejam terhadap isteri.
4.
Khulu’
Khulu' berarti tanggal. Menurut pengertian syara' Khulu' adalah :
Perceraian yang diminta oleh isteri kepada suaminya dengan memberi uang atau sebagainya sebagai dispensasi perceraian. Di kalangan masyarakat Melayu, Khulu' juga membawa maksud "tebus talak". Perkara ini berlaku disebabkan beberapa hal yang tidak disenangi oleh isteri tersebut terhadap suaminya.
Khulu' berarti tanggal. Menurut pengertian syara' Khulu' adalah :
Perceraian yang diminta oleh isteri kepada suaminya dengan memberi uang atau sebagainya sebagai dispensasi perceraian. Di kalangan masyarakat Melayu, Khulu' juga membawa maksud "tebus talak". Perkara ini berlaku disebabkan beberapa hal yang tidak disenangi oleh isteri tersebut terhadap suaminya.
E.
Jenis-jenis Talak
Terdapat beberapa jenis talak di dalam perceraian, jenis-jenis talak ini bisa dikategorikan seperti berikut :
Terdapat beberapa jenis talak di dalam perceraian, jenis-jenis talak ini bisa dikategorikan seperti berikut :
1.
Talak Raj'ie
Talak Raj'ie membawa maksud talak yang boleh dirujuk kembali
semasa isteri di dalam Iddah dengan lafaz-lafaz tertentu, dan pasangan tidak
dikehendaki melalui majlis ijab dan kabul. Talak yang dilafazkan oleh suami
hanya disebut Raj'ie jika ia merupakan talak yang pertama atau talak yang
kedua.
2.
Talak Battah
Talak Battah adalah talak yang dilafazkan oleh suami kepada
isterinya untuk selama-lamanya, umpamanya perkataan suami kepada isterinya : “aku ceraikan kau buat selama-lamanya”.
Menurut pandangan Imam Syafi’e, talak seperti ini hanya jatauh menurut niatnya,
jika suami berniat satu, maka talak hanya disabitkan satu, tetapi jika dia
berniat tiga maka talak dikra jatuh tiga.
3.
Talak Bain
Talak bain dibagi menjadi 2 yaitu:
a.
Talak Bain Kubra adalah talak yang telah berlaku kepada
pasangan tersebut sebanyak tiga kali, yaitu suami telah menceraikan isterinya
sebanyak tiga kali. Pasangan ini tidak boleh rujuk atau menikah semula untuk
selama-lamanya, melainkan isteri tersebut menikahi lelaki lain dan mereka hidup
sebagai suami isteri yang sah. Jika ditakdirkan isteri ini berpisah dengan
suaminya yang kedua, atau suami keduanya meninggal dunia, maka barulah suami
pertamanya berhak menikahi bekas isterinya ini.
b.
Talak Bain Sughra adalah talak yang telah diucapkan oleh
suami kurang dari tiga kali, tetapi pasangan tidak boleh "Rujuk"
kembali melainkan dengan pernikahan yang baru, walaupun isterinya di dalam
Iddah.
4.
Menjatuhkan talak tiga sekaligus
Di zaman Nabi saw dan Abu Bakar ra, talak yang dijatuhkan
tiga dalam satu waktu dihukum hanya jatuh sekali saja. Tetapi semasa Sayyidina
Umar Ibnu Khattab ra menjadi Khalifah, beliau telah menghukumkan jatuh
ketiga-tiga talak sekaligus. Keputusan ini dibuat oleh Sayyidina Umar kerana
pada zamannya itu masyarakat amat mempermudah lafaz talak yang dibuat. Bila
berlaku perkara seperti ini, Hakim pengadilan akan membicarakan ke pasangan
tersebut dan memutuskan hukum talaknya.
5.
Talak Sunni
Talak
Sunni adalah talak yang mengikut sunnah Nabi saw, yaitu seorang suami
menceraikan isterinya di saat ia telah suci dari haid dan sebelum mereka
bersatu, lalu suami melafazkan talak di hadapan dua orang saksi.
6.
Talak Bid'i
Talak
Bid'i adalah talak yang diucapkan oleh suami ketika isteri dalam keadaan
berikut :
1.
Talak diucapkan oleh suami sedang isteri uzur (haid).
2.
Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam nifas.
3.
Talak diucapkan oleh suami sedang isteri dalam keadaan suci
tetapi suami telah bersatu dengannya.
F.
Iddah
Iddah adalah masa ‘iddah adalah istilah yang
diambil dari bahasa Arab dari kata (العِدَّة) yang
bermakna perhitungan. Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci
atau bulan secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah
para ulama, masa ‘iddah ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang
wanita menanti atau menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh
suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran bayinya, atau
berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah
ditentukan.
1.
Iddah Talak adalah Iddah disebabkan perceraian. Isteri-isteri
yang telah ditalak oleh suami mereka terbahagi kepada empat golongan :
a.
Isteri-isteri yang telah dicampuri suaminya tetapi belum
habis haid, maka Iddah mereka adalah sebanyak tiga kali suci.
b.
Isteri-isteri yang masih dicampuri suami mereka, tetapi sudah
putus haid kerana sudah tua, Iddah mereka adalah selama tiga bulan sepuluh
hari.
c.
Isteri-isteri yang belum baligh, maka Iddah mereka tiga bulan.
d.
Isteri-isteri yang belum dicampuri oleh suami mereka, maka
tiada Iddah bagi mereka.
2.
Iddah Hamil
Iddah Hamil adalah Iddah bagi isteri yang diceraikan semasa sedang hamil. Iddah isteri ini adalah sampai dia melahirkan anak.
Iddah Hamil adalah Iddah bagi isteri yang diceraikan semasa sedang hamil. Iddah isteri ini adalah sampai dia melahirkan anak.
3.
Iddah Wafat
Iddah Wafat adalah Iddah bagi seorang isteri yang kematian suaminya, Iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari.
Iddah Wafat adalah Iddah bagi seorang isteri yang kematian suaminya, Iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari.
4.
Al-Ihdad
Al-Ilhdad bermaksud membatasi diri (seorang isteri) dari memakai perhiasan, pakaian yang bagus-bagus atau harum-haruman sewaktu kematian suami atau anaknya atau mereka-mereka yang akrab. Jika beliau kehilangan suami, maka Iddahnya adalah selama empat bulan sepuluh hari dan jika yang meninggal adalah anaknya atau ahli keluarganya yang akrab, maka waktunya selama tiga hari.
Al-Ilhdad bermaksud membatasi diri (seorang isteri) dari memakai perhiasan, pakaian yang bagus-bagus atau harum-haruman sewaktu kematian suami atau anaknya atau mereka-mereka yang akrab. Jika beliau kehilangan suami, maka Iddahnya adalah selama empat bulan sepuluh hari dan jika yang meninggal adalah anaknya atau ahli keluarganya yang akrab, maka waktunya selama tiga hari.
G.
Rukun Perceraian atau Talak
Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat sahnya perceraian
Ada 2 faktor dalam perceraian yaitu suami dan istri. Masing-masing ada syarat sahnya perceraian
1.
Rukun talak bagi suami :
a.
Berakal sehat
b.
Baligh
c.
Dengan kemauan sendiri
2.
Rukun talak bagi istri :
a.
Akad nikah sah
b.
Belum diceraikan dengan talak tiga
oleh suaminya
Lapadz talak :
1.
Ucapan yang jelas menyatakan
penceraiannya
2.
Dengan sengaja dan bukan paksaaan
H.
Faktor-Faktor Penyebab Perceraiaan
Permasalahan di dalam rumah tangga sering kali terjadi, mungkin memang sudah menjadi bagian dalam lika-liku kehidupan didalam rumah tangga, dan dari sini kita akan mengambil contoh yaitu kasus “Perceraian ” yang kerap kali menjadi masalah dalam rumah tangga. Beberapa faktor sebagai berikut:
Permasalahan di dalam rumah tangga sering kali terjadi, mungkin memang sudah menjadi bagian dalam lika-liku kehidupan didalam rumah tangga, dan dari sini kita akan mengambil contoh yaitu kasus “Perceraian ” yang kerap kali menjadi masalah dalam rumah tangga. Beberapa faktor sebagai berikut:
1.
Kesetian dan Kepercayaan
2. Komunikasi
3. Ekonomi
4. Pernikahan Tidak Dilandasi Rasa Cinta
5. Harapan Tidak Realistis.
6. ‘Power’
Dalam Perkawinan
7. Konflik Peran
8. Cinta Meredup.
9. Seks
10.
Affair (Orang Ketiga).
I.
Kiat-Kiat Menghindari Perceraian
Proses
menghindari perceraian adalah sesuatu yang harus dimulai pada awal dari sebuah hubungan.
Banyak orang mencari topik seperti ini, karena bagaimanapun juga banyak orang
yang merasa takut kehilangan pasangan mereka. Apalagi jika sudah mempunyai
anak, bukan hanya suami atau istri yang jadi korban akan tetapi anaklah yang
menjadi korban terberat akibat perceraian rumah tangga. Dalam sebuah keluarga tidak lepas
dari suatu masalah. Dari permasalahan itu banyak orang yang memutuskan untuk
mengakhiri hubungan mereka atau bercerai. Kebanyakan pada saat itu hanya ego
yang mereka gunakan, tanpa melihat dampak buruk dari perceraian itu sendiri. Untuk
itu kita harus waspada dan segera mungkin mencari langkah-langkah untuk
menghindari sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan perceraian.
Cara untuk Menghindari Perceraian,
yaitu:
1.
Tanamkan pada diri dan keluarga anda bahwa perkawinan adalah
komitmen yang serius dan tidak bisa dianggap enteng.
2.
Pastikan bahwa pasangan anda tahu bahwa mereka adalah
prioritas utama dalam hidup.
3.
Menjaga Komunikasi antar pasangan. Keterbukaan dalam segala
hal membantu anda dalam menghindari permasalahan dalam keluarga.
4.
Kesampingkan ego pribadi, Jangan merasa diri selalu benar dan
selalu menyudutkan pasangan.
5.
Ingat anak, cobalah ingat anak-anak, buah cinta kasih.
6.
Jika mengalami keretakan, cobalah untuk mengenang dan
memunculkan memori pada saat menikah dulu.
7.
Cemburu dan selingkuh, Bukan barang baru bahwa banyak
perselisihan terjadi gara-gara rasa cemburu, yang lebih sering berakar dari
salah tafsir dan kurangnya keterbukaan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam mengarungi
bahtera rumah tangga akan selalu ada cobaan dan rintangan yang menghadang.
Cobaan itu bisa kecil bisa juga teramat besar. Tak jarang cobaan itu membuat
hubungan suami istri menjadi tidak harmonis. Penyebabnya beragam, lemahnya
komunikasi, affair dengan pihak ketiga, dll.
Islam sendiri membolehkan perceraian, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW : “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”. Hadits di atas jelas memberikan gambaran bolehnya perceraian. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa perceraian itu hal yang dibenci Allah. Artinya sebisa mungkin kita menghindari perceraian. Adapun kiat-kiat menghindari perceraian diantaranya dengan peningkatan rasa kecercayaan dan kesetiaan juga komunikasi yang baik dll. Dengan begitu diharapkan perceraian bisa dihindari sejauh mungkin.
Islam sendiri membolehkan perceraian, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW : “Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah perceraian”. Hadits di atas jelas memberikan gambaran bolehnya perceraian. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa perceraian itu hal yang dibenci Allah. Artinya sebisa mungkin kita menghindari perceraian. Adapun kiat-kiat menghindari perceraian diantaranya dengan peningkatan rasa kecercayaan dan kesetiaan juga komunikasi yang baik dll. Dengan begitu diharapkan perceraian bisa dihindari sejauh mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,khoirum.
2010. Perceraian dalam pandangan islam ( online ) https://dreamlandaulah.wordpress.com/2010/01/24/perceraian-dalam-pandangan-islam/.Diakses pada hari senin 22 desember 2014.
Salim,
Hadiyah. 1983. Terjemah Mukhtarul hadits. Bandung : Al Ma;arif
Yunus.
2013. Hukum perceraian atau talak dalam sudut islam ( online )
http://eduside.blogspot.com/2013/10/hukum-perceraian-atau-talak-dalam-sudut.html Diakses hari senin 22 desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar