Sabtu, 07 November 2015

Makalah teori belajar humanisme

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Aliran humanisme  muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian humanisme yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormalatausakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya.Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk dipahami.Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengertian teori belajar humanisme ?
Siapakah tokoh – tokoh dalam teori humanisme ?
Apa saja kelemahan dan kelebihan dari teori belajar humanisme ?
C.     Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain adalah :
Untuk dapat mengetahui teori belajar humanisme.
Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang berperan dalam teori humanisme.
Untk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari teori belajar humanisme.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Teori Belajar Humanisme
Dalam teori belajar humanisme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful Lerning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan  keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diri, pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia.Hal ini menjadikan teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu system dengan membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori apapunasal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing – masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing.
Tokoh – Tokoh Teori Humanisme
Tokoh penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain adalah :Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers..
Abraham  Maslow
Maslow berpandapat bahwa manusia yang sehat jiwanya adalah manusia yang mengembangkan dirinya berdasarkan kekuatan-kekuatan dari dalam. Jadi, anak yang sehat adalah anak yang diberikan kesempatan untuk memilih pilihan-pilihan yang ada dan mengontrol perilakunya sendiri.sementara orang yang terganggu jiwanya, yang antisosial, yang jahat adalah orang yang terhambat perkembangan dirinya, yang frustasi oleh gangguan-gangguan dari luar.
Penelitian Maslow melahirkan teori motivasi. Teori ini berasal dari pra-anggapan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik, setidaknya netral, bukan jahat. Manusia terdiri atas fisik dan jiwa yang keduanya mempunyai kebutuhan. Dari segi fisik, manusia  memiliki indera, merasa laparbertumbuh kembang, dan seterusnya.dari segi kejiwaan, manusia memiliki cita-cita, harapan, usaha dan sebagainya. Semuanyapada hakikatnya baik dan harus dikembangkan kearah yang semakin baik.
Salah satu teori Maslow yang terkenal adalah teori hiraki kebutuhan. Teori ini menjelaskan bahwa ada lima macam kebutuhan manusia yang berjengang keatas. Kebutuhan yang lebih tinggi akan terpenuhi jika kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.






Berdasarkan gambar di atas, kebutuhan manusia menurut Maslow dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kebutuhan dasar atau fisiologis (basic needs/physiological), contohnya: butuh udara, makanan, air, seks, tidur, faktor lain terhadap tempat tinggal dan dasar kehidupan.
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), contoh: butuh rasa keamanan lingkungan,lapangan pekerjaan,sumber daya, kesehatan, dan properti.
Kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness needs), contoh: butuh cinta, persahabatan, keintiman, dan keluarga.
Kebutuhan akan harga diri (esteem need), contoh: butuh kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
Butuh aktualisasi diri (self actualization), contoh: moralitas, kreativitas, dan eksperesi diri.
Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan satu kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya deficiency needs (kebutuhan yang timbul karena kekurangan),dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan kebutuhan yang dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut.Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalua bahan pelajaran disusun dengan rapid an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka semakin  banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan dirinya.
Carl Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan  emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.
Dinamika Kepribadian
Rogers mengenalkan tiga istilah dalam dinamika kepribadian yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran, yaitu:
Anggapan Positif Tanpa Syarat (Unconditonal Positive Regord)
Guru harus memiliki anggapan positif atau menerima keadaan atau menerima keadaan peserta didik dengan tulus apa adanya peserta didik). Menurut (Feist & Feist,2006), anggapan positif adalah kebutuhan untuk menjadi disukai,  dihargai atau diterima orang lain (guru atau teman). Orang merasa puas jika diterima dari orang lain sehingga dia merasa nyaman dan diakui eksistensnya dan dihargai. Jika sudah dapat merasakan kepuasan atas penerimaan dari orang lain, kemudian dia juga akan merasakan kepuasan jika dapat menerima orang lain, kemudian dia juga akan merasakan kepuasan jika dapat menerima orang lain secara positif juga. Kondisi ini akan menimbulkan kondisi timbal balik yang saling menguntungkan.
Kesesuaian Diri ( Self Consistensy and Congruence)
Adanya kesesuaian/kecocokkan antara persepsi diri dengan pengalaman.  Contoh: peserta didik mempresepsikan diri bahwa dirinya sangat menguasai Matematika, tetapi kenyataannya nilai ujiannya jelek. Jika terjadi ketidaksesuaian (incongruency), peserta didik akan menyalahkan guru atau materinya yang sulitnyang akhirnya malas belajar. Guru yang humanis akan menghadapi peserta didik dengan hangat, tanpa ada emosi marah atau menyalahkan. Guru tetap memberi semangat agar peserta didik tersebut bisa menyadari kekurangan, tetapi bangkit dan bersemangat untuk berusaha agar bisa menguasai Matematika.
Aktualisasi Diri (Self Actualization)
Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkah laku bukan untuk mengurangi tegangan energi, tetapi mencapai kemampuan mewujudkan potensi diri dalam praktik dalam kehidupan. Contoh: peserta didik memiliki potensi melukis kemudian peserta diri tersebut berusaha keras untuk menjadi pelukis yang sukses. Usaha menjadi pelukis yang sukses itu bukan sekedar memanfaatkan kelebihan energi, tetapi keinginan untuk mewujudkan potensi melukisnya dalam realitas kehidupan.
Calr Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-gagasnnya berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsis-prinsip belajar humanisme.Dalam buku Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanisme yang penting adalah sebagia berikut :
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
Belajar yang bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Berdasarkan  prinsip-prinsip  belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas, secara singkat inti prinsip belajar humanise adalah sebagai berikut :
Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers ,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan.Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas yang humanism anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk memuaskan dorongan ingin tahunya,  untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
Belajar yang berarti
Belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar adengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
Belajar tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau hukuman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuanya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tan pa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk  “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn). Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak ebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik paa proses maupun hasil belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadibebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melekukan penilaian. Dia juga lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian pihak lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain menanamkan jenis belajar ini sebagai whole – person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
Kekurangan
Peserta didik kesulitan dalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
Jika penerapan teori ini tidak terkontrol, murid akan mempunyai sikap egois yang tinggi. Melakukan apa yang mereka inginkan tanpa batas, siswa tidak mengetahui bahwa dirinya memiliki kepribadian yang unik.
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka kurang cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau pasif.
Kelebihan
Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Tumbuhnya kreativitas peserta didik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Saran
Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini dan aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Freist, J & Freist, Gregory .1998. Theories of Personality. Amerika:Mc Grawhill.
Hall, Calvin S, Gardner Lindzey, and John B.Cambell.1998. Theories Of Personalit (4thed). New York: Jhon Wiley & Sons,Inc.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rachmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanisme dan Aplikasinya Dalam Pendidikan. El-Tarbawj: Jurnal Pendidikan Islam.No. 1. Volume I.
Robert, Thomas B. 2008. Four Psykologies Applied to Education. New York. Halk Ted Press Dvision.
Santrock, John W. 2008. Educational Psykology (3th ed). New York:McGraw-Hill.
Sarwono, Sarlito W. 2000. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh-TokohPsikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Slavin, Robert E. 1996. Educational Psychology A Foundation for Teaching (4th ed).New York: Allyn & Bacon.
Slavin, Robert E.2001. Educational Learning toTeach (5th ed).New York: McGraw-Hill.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar